Jawa adalah sebuah suku yang memiliki banyak daya tarik di mata dunia, bahkan ada beberapa tentang Jawa yang mendunia, berikut saya ulas beberapa tentang Jawa yang mendunia.
Bahasa Jawa
Bahasa Ini identik dengan Suku jawa, dimana bahasa ini
digunakan dalam berkomunikasi sehari-hari oleh suku jawa, bahkan bahasa jawa
adalah salah satu bahasa yang paling banyak di pakai oleh masyarakat Indonesia.
Adapun pelafalan orang jawa dalam berbahasa sangat mudah dikenali, karena cara
bicara yang kental (medok). Bahasa Jawa adalah bahasa yang di tuturkan oleh
kira-kira 80 juta orang di Indonesia. Kebanyakan penuturnya tinggal di Pulau
Jawa. Bahasa Jawa diperkirakan menjadi bahasa ibu yang ke-12 terpopuler di
dunia.
Bahkan setidaknya sampai saat ini ada 2 universitas di dunia
yang menawarkan jurusan sastra jawa, yaitu :
a. Universitas Leiden, Belanda
Universitas Leiden, universitas tertua di Belanda yang didirikan oleh
Pangeran Willem van Oranje pada tahun 1575, merupakan universitas yang memiliki
manuskrip-manuskrip dan penelitian khusus mengenai Sastra Jawa., universitas
ini menawarkan jurusan Sasta Jawa, lho.
b.
Australian National University, Australia
Salah
satu universitas terkemuka di Australia ini menawarkan juga jurusan Sastra
Jawa, sama seperti Universitas Leiden. Bahkan baru-baru ini, sejumlah mahasiswa
ANU memproduksi sekaligus menjadi pemain utama dalam film pendek yang berlatar
belakang Jawa. Uniknya lagi, film itu memakai bahasa Jawa. Sementara bahasa
Inggris, hanya menjadi teks penjelas atau subtitle.
Sastra Jawa di Australian National University ini diperkenalkan
oleh adalah seorang pakar sastra dan budaya Jawa yang
berdomisili di Australia,
yang juga seorang dosen senior di kampus ini.
Suku Jawa adalah salah satu suku yang suka merantau, Bahkan Di
suatu Negara di Benua Amerika Selatan yang bernama Suriname
yang juga merupakan bekas jajahan Belanda. Suku Jawa sudah berada di Suriname
sejak akhir abad ke-19, di mana angkatan pertamanya dibawa oleh
kolonis Belanda
dari Hindia Belanda (sekarang Indonesia).
Sebagian keturunan mereka ada yang tinggal di Belanda. Sampai sekarang, mereka
tetap menuturkan bahasa Jawa. Bahkan salah satu capres pada pemilu di Suriname pada tahun 2015 Raymond Sapoen adalah Keturunan Banyumas Jawa Tengah.
Orang Jawa Suriname sekarang diperkirakan berjumlah sampai 15% penduduk Suriname.
Orang Jawa Suriname sekarang diperkirakan berjumlah sampai 15% penduduk Suriname.
Musik Jawa (Nyinden)
Waranggana atau pesinden atau penyanyi yang mengkhususkan
diri melantunkan lagu-lagu Jawa (gending Jawa) baik yang klasik atau modern,
terutama yang diiringi dengan musik gamelan. Biasanya nyinden dilakukan oleh
orang jawa asli yang fasih berbahasa jawa. Namun ada beberapa orang bule yang
tertarik dengan budaya jawa satu ini, berikut beberapa sinden bule yang sudah
berprofesi sebagai Sinden :
a.
Elizabeth Karen Sinden Dari Amerika
perempuan kelahiran Chicago, Amerika Serikat, itu. Istri dalang Ki Soleh
Adi Pramono tersebut kini lekat dengan identitas sinden bule. Satu-satunya di
Jatim,
“Saya mengawalinya sebagai penikmat seni tradisional Jawa. Eeh, suwe-suwe
kok kepincut, ya sekalian saja nyemplung,” tuturnya sambil tersipu.
Elizabeth mengaku akan kecewa jika seni budaya tradisional sering
diposisikan di tempat kedua setelah kebudayaan modern. “Setiap mendengar
gending Jawa, saya merasa ayem. Anehnya, anak-anak muda sekarang cenderung anti
terhadap irama warisan nenek moyangnya,” katanya.
Megan Collins Ia ke Indonesia karena memang mempelajari karawitan, dengan
menjadi mahasiswa Jurusan Karawitan ISI Surakarta.
Perempuan yang mempelajari
kesenian sinden sejak 2005 itu mengaku tertarik menjadi sinden karena memiliki
keindahan tersendiri. Keindahan itu membuatnya serius mempelajari lagu-lagu
sinden dan membuatnya seperti sekarang.
Awalnya, pada 1991, Hiromi adalah seorang mahasiswa Jurusan Musik Barat
dan Piano Tokyo Ongaku Daigaku (Universitas Musik Tokyo). Di kampusnya ia juga
diajarkan bermain musik gamelan. Ia takjub saat menyaksikan seorang dosennya
memainkan musik gamelan. Sejak itu dia mulai mempelajari gamelan.
Tak banyak yang tahu, Hiromi bisa seperti sekarang bukan tanpa
perjuangan. Hiromi bisa dikenal orang, bisa tampil sampai ke luar negeri,
berkat kegigihannya dan kekuatannya sebagai wanita Jepang. Menjadi sinden
awalnnya hanya ikut tampil di kampus kalau ada pergelaran seni. Sepulang dari
kampus, dia selalu menghapal lirik-lirik lagu Jawa. Bahkan hampir setiap hari
menyanyikan lagu-lagu Jawa. Lalu Hiromi sering diikutkan dalam acara pentas
seni di kampus. Dari kampus, Hiromi makin banyak dikenal. Selain dia adalah
orang asing, suara dan cengkoknya juga bisa diandalkan. Selain itu, Hiromi bisa
bersosialisasi dan bergaul dengan banyak orang. Selain aktif di kesenian
kampus, dia ikut bergabung dengan seniman Yogyakarta. Dari sana namanya kian
dikenal, sehingga dalam pentas wayang sering diundang tampil. Semakin dikenal
banyak orang, Hiromi semakin giat belajar. Apalagi dia sering digaet
dalang-dalang kondang di Pulau Jawa, salah satunya Ki Suparno Wonokromo yang
sering membawanya tampil.
Sempat Hiromi kembali ke Jepang untuk mengadakan pementasan. Ia pun
bertemu orangtuanya. Saat melakukan pementasan, orangtuanya pun menonton.
Mereka terpana dan takjub melihat Hiromi berbusana Jawa dan membawakan lagu
Jawa. Ibunya pun menangis. Walaupun berat meninggalkan orangtuanya, Hiromi
tetap kembali ke Indonesia. Dalam ingatannya hanya ada musik gamelan dan
lantunan lagu-lagu Jawa yang merdu.
Seorang Sinden berkebangsaan Eropa di adalah Esther seorang wanita cantik
yang berasal Inggris, ia belajar karawitan hingga ia pandai berbahasa Jawa
terutama Nyinden. Sinden cantik itu belajar karawitan hingga ia pandai
berbahasa Jawa terutama Nyinden.