Sabtu, 16 Juli 2016

Den Haag Kota Pengungsi dari Indonesia

Kota ini adalah salah satu kota di Belanda yang sangat bersejarah bagi Rakyat Indonesia, karena di kota ini  tempat dilaksanakannya Konferensi Meja Bundar (KMB)
Setelah dua abad pedagang memerintah Hindia Timur berada di bawah pemerintahan kolonial Belanda pada abad ke-19. Sejak kemerdekaannya pada tahun 1945 (meskipun tidak diakui oleh Belanda sampai Desember 1949), bekas jajahan Belanda ini telah dikenal sebagai Indonesia.

Berkat ikatan yang kuat dengan mantan Hindia Belanda (Nederlands-Indië) dan budaya Hindia, Den Haag kadang-kadang disebut sebagai 'Janda dari Hindia Belanda'.
Den Haag Kota Pengungsi Indonesia

Den Haag, yang juga dijadikan pusat pemerintahan Belanda disana berada sebuah kampung yang bernama  Archipelbuurt dimana disana adalah tempat repatriat (Orang belanda yang dulu menetap di Indonesia yang harus pergi karena Kemerdekaan Indonesia). Terdapat antara 1880 - 1900 rumah di pemukiman Archipelbuurt tersebut. Dalam lingkungan ini banyak kolonial mengambil tempat tinggal di jalan yang diambil dari nama beberapa pulau di kepulauan Indonesia.  Namun ini bukan satu-satunya kawasan yang disukai oleh mereka 'repatriat'. The Statenkwartier dan Duinoord serta jalan penting (The Laan van Nieuw Oost Indië dan ada juga Stasiun Kereta dengan nama serupa) membayar upeti kepada hubungan kota dengan Hindia.


Setelah kemerdekaan Indonesia, ratusan ribu orang Belanda harus meninggalkan satu-satunya lahan yang pernah mereka ketahui.

Antara tahun 1945 dan 1966 lebih dari 60.000 dari sekitar 300.000 repatriat memilih untuk menetap di Den Haag. Jumlah ini termasuk orang-orang yang pernah bekerja di Hindia Belanda serta orang-orang yang lahir dan dibesarkan di sana. Bagi banyak dari mereka itu adalah kenalan pertama mereka dengan Belanda, mereka disebut 'tanah'. Banyak kolonial Belanda telah dicampur keturunan atau adalah warga negara Belanda melalui pernikahan.

Sebuah upacara yang diselenggarakan di Monumen Indisch setiap tahun pada tanggal 15 Agustus untuk memperingati korban Belanda Perang Dunia Kedua di Asia.
patung si bengkok den haag
Patung Si-Bengkok  di  Zuiderpark. Foto oleh Roel Wijnants.


Hubungan dengan para bekas koloni Belanda ini tetap kuat. Hal ini dapat dilihat di seluruh Belanda dengan kelimpahan 'Pasar malams' (Eurasia pameran), restoran Indonesia dan kontribusi yang kuat oleh masyarakat Eurasia di Belanda untuk bahasa, sastra dan musik (misalnya, indorock).

Tidak hanya Den Haag memiliki banyak warga yang memiliki akar mereka di Indonesia, tetapi disana juga menawarkan lebih banyak restoran dan tokos (toko Indonesia) daripada kota lain di Belanda. Budaya Hindia Belanda terus berkembang di Den Haag, sebagaimana dibuktikan khususnya oleh Tong Tong Festival tahunan (sebelumnya Pasar Malam Besar). Selama hampir dua minggu di pengunjung Mei / Juni dari seluruh dunia turun atas Den Haag untuk Grand Bazaar serta untuk musik, makanan, hiburan dan kuliah.
wayang indonesia